Selasa, 05 Oktober 2010

TEORI & KONSEP BELAJAR II

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendidikan, Belajar, dan Mengajar
2.1.1 Pengertian Pendidikan
Menurut Kamus Bahasa Indonesia (1991), Pendidikan berasal dari kata "didik", Lalu kata ini mendapat awalan kata "me" sehingga menjadi "mendidik" artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Jadi pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
2.1.2 Pengertian Belajar
Pendidikan tidak lepas dari proses belajar. Belajar adalah usaha untuk menguasai segala sesuatu yang berguna untuk hidup. Menurut Gagne (1984: ) belajar didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman. Galloway dalam Toeti Soekamto (1992: 27) mengatakan belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan faktor-faktor lain berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Sedangkan Morgan menyebutkan bahwa suatu kegiatan dikatakan belajar apabila memiliki tiga ciri-ciri sebagai berikut.

1. Belajar adalah perubahan tingkahlaku;
2. Perubahan terjadi karena latihan dan pengalaman, bukan karena pertumbuhan;
3. Perubahan tersebut harus bersifat permanen dan tetap ada untuk waktu yang cukup lama.
2.1.3 Pengertian Mengajar
Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral yang cukup berat. Berhasilnya pendidikan pada siswa sangat bergantung pada pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan tugasnya. Zamroni (2000:74) mengatakan “guru adalah kreator proses belajar mengajar”. Ia adalah orang yang akan mengembangkan suasana bebas bagi siswa untuk mengkaji apa yang menarik minatnya, mengekspresikan ide-ide dan kreativitasnya dalam batas-batas norma-norma yang ditegakkan secara konsisten. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa orientasi pengajaran dalam konteks belajar mengajar diarahkan untuk pengembangan aktivitas siswa dalam belajar.
Nasution (1982:8) mengemukakan kegiatan mengajar diartikan sebagai segenap aktivitas kompleks yang dilakukan guru dalam mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar. Dengan demikian proses dan keberhasilan belajar siswa turut ditentukan oleh peran yang dibawakan guru selama interaksi proses belajar mengajar berlangsung. Usman (1994:3) mengemukakan mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan terjadinya proses belajar. Pengertian ini mengandung makna bahwa guru dituntut untuk dapat berperan sebagai organisator kegiatan belajar siswa dan juga hendaknya mampu memanfaatkan lingkungan, baik ada di kelas maupun yang ada di luar kelas, yang menunjang terhadap kegiatan belajar mengajar.


2.2 Proses Belajar
Dalam proses belajar akan tercakup hal-hal berikut:
a. Latihan
Latihan adalah penyempurnaan potensi tenaga-tenaga yang ada dengan mengulang aktifitas tertentu.
b. Menambah atau memperoleh tingkah lakuu baru
Belajar sebenarnya adalah suatu usaha untuk memperoleh hal-hal baru dalam tingkah laku (pengetahuan, kecakapan, keterampilan, dan niilai-nilai) dengan aktivitas kejiwaan sendiri.
2.3. Ciri-ciri Kegiatan Belajar
Kegiatan belajar mempunyai ciri-ciri:
a. Belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang sedang belajar, bbaik aktual maupun potensial
b. Perubahan tersebut pada pokoknya didapatkan karena kemampuan baru yang berlaku untuk waktu yang relatif lama
c. Perubahan-perubahan itu terjadi karena usaha, bukan karena proses kematangan.
2.4 Teori Belajar
Teori proses belajar dikelompokan dalam dua kelompok besar, yakni teori stimulus-respon yang kurang memperhitungkan faktor internal dan teori transformasi yang memperhitungkan faktor internal.
Teori stimulus respon berpangkal pada psikologi asosiasi yang dirintis oleh John Locke dan Herbart. Pada teori ini subjek belajar merupakan rahasia atau disebut blackbox. Belajar adalah mengambil tanggapan-tanggapan dan menggabungkan tanggapan tersebut dengan mengulanginya. Tanggapan tersebut diperoleh melalui pemberian stimulus atau rangsangan
Teori transformasi berlandaskan pada psikologi kognitif yang dirumuskan oleh Neisser. Menurut teori ini proses belajar adalah transformasi dari maksukan(input) kemudian input tersebut direduksi, diuraikan, disimpan, ditemukan kembali, dan dimanfaatkan. Belajar dimulai dari kontak individu dengan dunia luar.
Secara garis besar teori belajar antara lain:
a. Teori Belajar Gestalt
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai “bentuk atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan.
Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
(i) Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
(ii) Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
(iii) Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
(iv) Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
(v) Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat.
Teori Belajar Gestalt meneliti tentang pengamatan dan problem solving, dari pengamatanya ia menyesalkan penggunaan metode menghafal di sekolah, dan menghendaki agar murid belajar dengan pengertian bukan hafalan akademis.
Menurut teori Gestalt perbuatan belajar itu tidak berlangsung seketika, tetapi berlangsung berproses kepada hal-hal yang esensial, sehingga aktivitas belajar itu akan menimbulkan makna yang berarti. Sebab itu dalam proses belajar, makin lama akan timbul suatu pemahaman yang mendalam terhadap materi pelajaran yang dipelajari, manakala perhatian makin ditujukan kepada objek yang dipelajari itu telah mengerti dan dapat apa yang dicari.
b. Teori Belajar Menghafal dan Mental Disiplin
(i) Menghafal
Belajar adalah menghafal dan menghafal adalah usaha mengumpulkan pengetahuan melaluin pembeoan untuk kemudian digunaka apabila diperlukan. Teori ini tidak sepenuhnya benar, Karena menurut pengalaman sehari-hari hafalan akan hilang bila yang dihafalkan itu tidak fungsional, tidak digunakan atau dimanfaatkan, dan tidak langsung dipergunakan dan dimanfaatkan dalam hidup sehari-hari.
(ii) Teori Mental Disiiplin
Teori belajar ini dikembangkan tanpa didasari eksperimen, ini berarti dasar orientasinya adalah filosofis atau spekulatif, teori ini menganggap bahwa dalam belajar mental siswa didisiplinkan atau dilatih. Teori yang berlawanan sekali dengan teori disiplin mental ialah teori perkembangan alamiah. Menurut teori ini, anak itu akan berkembang secara alamiah.
Teori yang berlawanan dengan teori disiplin mental dan pengembangan alamiah adalah teori apersepsi, yang merupakan suatu asosionisme mental yang dinamis, didasarkan pada premis fundamental bahwa tidak ada gagasan bawaan sejak lahir, apapun yang diketahui seseorang datang dari luar dirinya. Menurut teori apersepsi, belajar merupakan suatu proses terasosiasinya gagasan-gagasan baru dengan gagasan lama yang sudah membentuk pikiran.
c. Teori Behaviorisme
Ada beberapa ciri dari teori ini yaitu : mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian kecil, bersifat mekanisme, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, dan menekankan kepentingan latihan. Tokoh yang mengembangkan teori ini adalah Thorndike yang mengemukan tiga prinsip aatu hukum dalam belajar yaitu : belajar akan berhasil apabila individu memiliki kesiapan untuk melakukan perbuatan tersebut, belajar akan berhasil apabila banyak latihan dan ulangan, dan belajar akan bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik.
Prinsip belajar menurut teori behaviorisme yang dikemukan oleh Harley dan Davis (1978) yang banyak dipakai adalah : proses belajar dapat terjadi dengan baik apabila siswa ikut terlibat secara aktif didalamnya, materi pelajaran diberikan dalam bentuk unit-unit kecil dan diatur sedemikian rupa sehingga hanya perlu memberikan suatu proses tertentu saja, tiap-tiap respon perlu diberi umpan balik secara langsung sehingga siswa dapat dengan segera mengetahui apakah respon yang diberikan betul atau tidak, dan perlu diberikan penguatan setiap kali siswa memberikan respon apakah bersifat positif atau negatif.
Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme ini, diantaranya :
(i) Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike.Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan hukum-hukum belajar.
(ii) Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus - Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara Stimulus- Respons.
(iii) Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pemdayagunaan satuan pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
(iv) Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.
Selain itu ada beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme menurut para ahli, diantaranya :
(i). Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
a) Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
b) Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.
(ii) Operant Conditioning menurut B.F. Skinner
Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
a) Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
b) Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
(iii) Social Learning menurut Albert Bandura
Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya.

d. Teori Belajar Kognitif menurut Piaget
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
(i) Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
(ii) Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
(iii) Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
(iv) Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
(v) Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.

e. Teori Pemrosesan Informasi dari Robert Gagne
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan.
Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu, (1) motivasi; (2) pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan kembali; (6) generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan balik.

2. 5 Prinsip- Prinsip Belajar
a. Prinsip 1
Belajar dalah suatu pengalaman yang terjadi di dalam diri si pelajar yang diaktifkan oleh individu itu sendiri.
b. Prinsip 2
Belajar adalah penemuan diri sendiri
c. Prinsip 3
Belajar adalah suatu konsekuensi dari pengalaman
d. Prinsip 4
Belajar adalah proses kerja sama dan kolaborasi
e. Prinsip 5
Belajar adalah proses evolusi
f. Prinsip 6
Belajar adalah pegangan hidup
g. Prinsip 7
Belajar adalah proses emosional dan intelektual.
h. Prinsip 8
Belajar bersifat individual dan unik
2.6 Konsep Belajar
Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi). Untuk menangkap isi dan pesan belajar, maka dalam belajar tersebut individu menggunakan kemampuan pada ranah-ranah :
a. Kognitif yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran terdiri dari kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.
b. Afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran yang terdiri dari kategori penerimaan, partisipasi, penilaian sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup.
c. Sikomotorik yaitu kemepuan yang mengutamakan keterampilan jasmani terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas.













BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk kita semua terutama perawat dan pasien. Dalam pendidikan terdapat proses belajar. Belajar merupakan prosese seseorang dalam mencapai dan memperoleh berbagai keterampilan, kecakapan, dan sikap. Dalam belajar, perawat diharapkan mengetahui konsep dan teori-teori belajar. Adapun teori belajar terbagi menjadi 3, yakni teori humanisme, teori behaviorisme, dan teori kognitif.
Selain itu dalam belajar, perawat juga harus mengetahui prinsip dan proses belajar. Teknik dan metode belajar juga merupakan hal yang penting yang harus diketahui dan dipahami perawat agar perawat dapat menjalankan proses belajar dengan baik.

3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini, kami mengharapkan pembaca dapat memahami tentang pengertian pendidikan, belajar ,dan mengajar serta teori dan konsep belajar . Penulis juga mengharapkan pembaca dapat menerapkan dan mengetahui tentang makna dari semua sub topik pembahasan. Semoga saja makalah ini dapat bemanfaat bagi kita semua.









DAFTAR PUSTAKA

Ahira, Ane. ” Pendidikan”. Style Sheet. http://www.anneahira.com/artikel-pendidikan/pengertian-pendidikan.htm. (16 September 2009)
Kozier, B,. Berman, A. (2004). Fundamental of Nursing Concepts, Process and Practice. Seventh Edition. Pearson Education: New Jersey.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Potter, P.A & Perry, A.G. (1993) .Fundamental of Nursing Concepts, Process and Practice. Thrd edition. St.Louis: Mosby Year Book.
Rasto. “ Pengertian Mengajar”. Style Sheet. http://rastodio.com/pendidikan/pengertian-mengajar.html. ( 16 September 2009)
Sudrajat, A. “ Teori-Teori Belajar”. Style Sheet. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/02/teori-teori-belajar/. ( 16 September 2009)
Wandhi. “ Pengertian Belajar”. Style Sheet. http://whandi.net/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=41. ( 16 September 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar