Minggu, 10 Oktober 2010

APLIKASI TRANSKULTURAL PADA GANGGUAN KESEHATAN MENTAL

OLEH
SUSI PURWATI (0806323246)
KDK 2 KELAS C1

I. PENDAHULUAN
Perbedaan-perbedaan agama dan kultural me¬ngandung implikasi terhadap perawatan karena pasien dan perilakunya dipengaruhi oleh latar belakang agama serta kebudayaannya. Perawat perlu mem¬pertimbangkan latar belakang kehidupan pasien ke¬:ika mengumpulkan data, mengidentifikasi kebutuhan )erawatan, dan merencanakan pemenuhan kebutuhan tersebut kalau ia ingin perawatan yang diselengga¬akannya mencapai efektifitas maksimum. Perawatan yang bertentangan dengan nilai-nilai dan praktek ke¬hidupan pasien sering tak dapat diterima oleh pasien. Kalaupun pasien menerimanya juga, perawatan serupa itu dapat merugikan karena perasaan bersalah dan pe¬nyimpangan dari kelompok agama serta kultural yang ditimbulkannya mungkin sekali mengancam ke¬tenangannya.

II. PEMBAHASAN
Perawat harus mengatur sedemikian rupa sehingga mudah bagi pasien yang dirawat melakukan praktek keagamaannya sepanjang hal tersebut tidak meng¬ganggu pasien lain. Perawat dapat menyesuaikan bebe¬rapa prosedur rutin guna menyesuaikan praktek ke¬agamaan pasien. Sering terjadi, bahwa perawat bisa menunda jam makan pasien bila pasien ingin berpuasa sebelum menerima komuni. Perawat juga dapat meng¬ubah waktu penyelenggaraan perawatan kebersihan diri guna menyesuaikan dengan kunjungan rohaniawan. Perawat mungkin pula menawarkan ruang tersendiri kepada pasien untuk dipakai untuk melakukan ibadah agamanya. Hal ini sangat penting bila beberapa orang berdoa dengan suara keras atau penyelenggaraan ibadah mencakup pula bernyanyi ber¬sama.
Meskipun si sakit yang dirawat di rumah, biasanya, punya keluarga atau teman yang dapat membantu mengatur kunjungan rohaniawan adakalanya si¬tuasinya tidak demikian. Perawat kesehatan ma¬syarakat dapat mengambil inisiatif memperbin¬cangkan dengan si sakit apakah ia ingin dikunjungi ro¬haniawan. Kalau pasien menginginkan, perawat dapat menghubungi rohaniawan atau meminta orang lain me¬lakukan hal itu.
Dalam beberapa kasus, pasien mungkin me¬merlukan bantuan anggota keluarga yang dihormati, rohaniawan, atau tenaga kesehatan tradisional agar dapat menerima pelayanan perawatan kesehatan yang asing baginya. Pengakuan peranan pimpinan agamanya atau tenaga pengobatan tradisional dalam hidupnya dapat merupakan cara yang baik untuk membina ke¬percayaan. Kalau diundang; rohaniawan dan tenaga tradisional dapat bekerjasama dengan tenaga ke¬sehatan professional demi kepentingan pasien dan ke¬luarganya. Upaya serupa itu dapat meningkatkan sa¬ling pengertian, saling menghargai, dan kerjasama.
Praktek diet pasien berdasarkan pertimbangan agama dan budaya dapat disesuaikan oleh tenaga ke¬sehatan. Bagian gizi rumah sakit mensupply pasien dengan hidangan yang sesuai dengan praktek diet khusus. Keluarga pasien dapat didorong untuk mem¬bawa makanan dari rumah untuk pasien yang memiliki preferensi tertentu kalau praktek ini tidak melanggar kebijaksanaan rumah sakit. Pendidikan pasien dan ke¬luarganya tentang diet terapentik dapat pula di¬lakukan dalam kerangka praktek agama dan budaya tertentu.
Walaupun perawat didorong memberikan pen¬jelasan kepada pasien tentang pemeliharaannya pe¬rawat mungkin menemukan bahwa pasien dari latar belakang budaya tertentu cenderung memerlukan pen¬jelasan yang lebih mendetail dibanding pasien dari ke¬lompok lain. Perawat juga mungkin menemukan bahwa pasien dari kultur lain lagi pada mulanya cenderung lebih tertarik untuk berpartisipasi dalam perencanaan perawatan dibandingkan dengan pasien lain. Harus diingat bahwa penjelasan dan partisipasi diartikan se¬cara berbeda dalam beberapa kultur yang berlainan. Perawat perlu menyesuaikan pendekatannya terhadap individu pasien.
Sering terjadi bahwa perawat harus mem¬pertimbangkan peran kultural seseorang dalam keluarga yang menetapkan sebagian besar keputusan. Dalam beberapa kultur, peran serupa itu dipegang oleh suami atau ayah sementara dalam budaya lain hak itu dipegang oleh nenek atau orang lanjut usia lainnya yang dihormati. Tindakan mengesampingkan hal ini atau melanjutkan pelayanan perawatan yang tidak di¬setujui orang tersebut dapat menimbulkan konflik atau pasien tidak mengindahkan apa yang telah diajarkan. Perawat harus memastikan bahwa orang yang penting peranannya tersebut terlibat dalam perencanaan pe¬layanan perawatan.
Dalam kultur-kultur di mana keluarga lebih di¬utamakan daripada individu, perawat harus menyadari bahwa tindakan pelayanan kesehatan yang berkepan¬jangan dan mahal biasanya mungkin tidak dapat di¬lakukan karena dianggap tidak konsisten dengan ke¬sejahteraan keluarga. Perawat perlu memastikan bahwa kesejahteraan seluruh keluarga turut dipertim¬bangkan dalam situasi serupa itu.
Bagi orang yang latar belakang budayanya tidak me¬mentingkan masa depan, pelayanan kesehatan yang berfokus pada pencegahan dan deteksi penyakit secara dini mungkin memerlukan penekanan secara khusus. Misalnya, mungkin lebih penting bagi perawat me¬nekankan efek jangka pendek dari pengobatan hypertensi asymptomatik bagi beberapa pasien dari pada memusatkannya untuk pelayanan kesehatan jangka panjang.
Kombinasi pengobatan tradisional dan pengobatan professional dianggap menguntungkan bagi sejumlah orang. Beberapa tenaga kesehatan yang merawat orang-orang yang banyak menggunakan pengobatan rakyat kini sedang mengadaptasi tindakan pelayanan kesehatan agar tidak bertentangan dengan kepercaya¬an individu pasien tetapi masih dapat dipertang¬gung,jawabkan secara ilmiah. Misalnya, banyak obat tradisional yang mengandung tumbuhan dan tanaman berhasiat. Di samping itu, banyak pula obat-obatan komersil yang mengandung bahan dasar serupa. Si pasien mungkin lebih menyukai obat tradisional dan tak ada salahnya mengizinkannya menetapkan pilihan. Namun demikian, tenaga professional
perlu mengetahui zat apa saja yang dimakan pa¬sien sebagai obat guna menghindari kelebihan dosis atau ketidakserasian bila obat tradisional dan obat pro¬fessional digunakan sekaligus. Hanya bila orang ber¬sangkutan merasa ia tidak akan diolok-olokkan baru mungkin ia mengakui bahwa ia menggunakan kedua type pengobatan secara serentak.
Penyesuaian praktek kultural lain sedang dicobakan dalam beberapa lembaga pelayanan kesehatan. Mi¬salnya, beberapa rumah sakit sedang melakukan pe¬nyesuaian guna memungkinkan anggota keluarga tam¬bahan menjenguk orang sakit. Anggota keluarga pasien sering dapat dilibatkan dalam pemeliharaan pasien dengan cara yang mengandung makna bagi keluarga dan pasien. Sebagai contoh, memandikan dan mem¬beri makan pasien.

Penyakit mental, disebut juga gangguan mental, penyakit jiwa, atau gangguan jiwa, adalah gangguan yang mengenai satu atau lebih fungsi mental. Penyakit mental adalah gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera). Penyakit mental ini menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita (dan keluarganya). Penyakit mental dapat me-ngenai setiap orang, tanpa mengenal umur, ras, agama, maupun status sosial-ekonomi. Penyakit mental bukan disebabkan oleh kelemahan pribadi.
Di masyarakat banyak beredar kepercayaan atau mitos yang salah mengenai penyakit mental, ada yang percaya bahwa penyakit mental disebabkan oleh gangguan roh jahat, ada yang menuduh bahwa itu akibat guna-guna, karena kutukan atau hukuman atas dosanya. Kepercayaan yang salah ini hanya akan merugikan penderita dan keluarganya karena si sakit tidak mendapat pengobatan secara cepat dan tepat. Sekitar 20% dari kita akan mengalami gangguan mental pada suatu waktu dalam hidup kita. Gangguan mental yang mungkin dialami oleh tiap orang itu berbeda-beda dalam hal jenis, keparahan, lama sakit, frekuensi kekambuhan, dan cara pengobatannya. Ada lebih dari 400 macam gangguan mental, tetapi yang umum dikenal masyarakat hanya satu saja, yaitu apa yang disebut “gila”. Akibatnya setiap orang yang datang berkonsultasi ke psikolog atau berobat ke psikiater dikatakan gila, sehingga mereka yang sesungguhnya memerlukan pengobatan merasa malu untuk berobat. Padahal, gangguan mental yang berat ini (gila) hanya merupakan bagian yang sangat kecil dari sekian banyak macam penyakit/gangguan mental.
Yang penting untuk diketahui, penyakit mental dapat diobati. Seperti halnya orang dengan diabetes (kencing manis) yang harus minum obat kencing manis, demikian juga orang dengan gangguan mental yang serius perlu obat untuk meredakan gejala-gejalanya. Kita harus mencari pertolongan untuk mengatasi gangguan mental seperti halnya kita pergi berobat untuk penyakit lainnya. Orang dengan penyakit mental membutuhkan dukungan/suport, penerimaan dan pengertian dari kita semua. Mereka juga punya hak seperti orang lain. Bukan malah ditakuti, dijauhi, diejek, atau didiskriminasi.
Berikut ini contoh berbagai gangguan mental yang sering dijumpai:
• Depresi
• Anxietas/Kecemasan
• Gangguan Panik
• Fobia (termasuk Sosialfobia)
• Obsesi Kompulsi
• Skizofrenia
• Gangguan Bipolar (Manik-Depresif)
• Ketergantungan Zat/Narkoba/Alkohol
• Gangguan Stres Pasca Trauma
• Retardasi Mental
• Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktif
• Autisme

Tidak ada komentar:

Posting Komentar